Aquaculture for all

Closer to shrimp aquaculture10 tips dasar budidaya udang

Shrimp +9 more

Budidaya udang memang bukan perkara mudah, tetapi dengan memahami dasar-dasarnya dengan tepat, tambak Anda dapat berjalan produktif dan bebas penyakit.

by
Alune thumbnail

Dalam operasi budidaya udang, berbagai aktivitas dilakukan setiap hari. Dari yang kami pelajari dengan bekerja sama dan merancang prosedur operasional standar (SOP) dan solusi data untuk tambak-tambak di seluruh Indonesia, kami telah membuat daftar tips penting yang berguna bagi petambak. Beberapa mungkin sudah Anda ketahui, tetapi kami berharap dapat memberi wawasan baru dan berguna untuk tambak Anda.

1. Sterilisasi semua bagian

Sterilisasi merupakan langkah penting untuk memastikan lingkungan yang bebas penyakit bagi udang. Sebelum penebaran dimulai, seluruh aspek tambak perlu disterilisasi – kolam, semua peralatan dan air budidaya - untuk membasmi patogen dan meminimalisasi risiko penyakit.

Berikut adalah cara untuk memulai sterilisasi:

Sterilisasi kolam dan peralatan

Pertama, bersihkan kolam dan peralatan dengan semprotan bertekanan tinggi yang mengandung disinfektan. Kami merekomendasikan untuk menggunakan 10 ppm asam trikloroisosianurat (TCCA) dan 30 ppm natrium hipoklorit. Lihat di bawah untuk waktu aplikasi dan konsentrasi untuk disinfeksi klorin yang direkomendasikan.

Figure 1. Recommended exposure time and concentrations for chlorine disinfection

© (Samocha, 2019)

Setelah disinfeksi, sikat lapisan kolam untuk memastikan biofilm terangkat. Kemudian, buang semua sisa lumpur dari siklus sebelumnya karena ini adalah sumber patogen dan komponen berbahaya lain. Jika tambak mengalami wabah penyakit pada siklus sebelumnya, gunakan kapur dengan pH hingga 11 untuk membasmi spora dan mencegah wabah lebih lanjut di siklus berikutnya.

Sterilisasi air

Sterilisasi air memerlukan dua langkah: prefiltrasi dan disinfeksi. Untuk prefiltrasi, gunakan filter dengan ukuran jaring kurang dari 200-300 mikron pada saluran masuk air (inlet) untuk mencegah masuknya patogen, predator dan padatan yang tidak diinginkan yang dapat mengendap. Filter harus dipelihara secara teratur dengan membilas dengan air bersih dan menghilangkan kotoran di jaringnya.

Sedangkan untuk disinfeksi air, gunakan disinfektan kimiawi untuk membasmi semua patogen. Gunakan 20–30 ppm natrium hipoklorit 60 persen, 0,5–2,5 ppm KMnO4 dan 10 ppm TCCA ke air yang disaring selama 24 jam. Pertahankan aerasi penuh selama proses disinfeksi kimiawi. Untuk menghilangkan sisa klorin, gunakan natrium tiosulfat dengan jumlah yang tepat dengan cara mengalikan sisa konsentrasi klorin dikali tiga. Terakhir, aplikasikan proses tersebut dua hingga tujuh kali selama 24 jam.

2. Tingkatkan biosekuriti Anda

Dalam budidaya udang, biosekuriti sering diabaikan karena dianggap hanya menambah kebutuhan infrastruktur yang tidak perlu dan prosedur yang kompleks dengan keuntungan yang tidak jelas. Namun, pentingnya biosekuriti tidak bisa diabaikan karena ini adalah salah satu cara utama untuk mencegah penyakit di tambak dan juga wabah lebih lanjut di suatu wilayah; ini tentu menguntungkan tidak hanya satu petambak tetapi juga seluruh lingkungan.

Biosekuriti bekerja dengan mencegah masuknya patogen dan mengeluarkan patogen dari tambak. Berikut adalah beberapa tindakan biosekuriti yang paling sederhana yang dapat Anda mulai terapkan di tambak Anda.

  • Gunakan pelapis kolam - bahan yang paling umum digunakan adalah plastik high-density polyethylene (HDPE). Penggunaan pelapis memungkinkan kontrol air yang lebih mudah karena air tidak berinteraksi langsung dengan tanah, sebab interaksi tersebut dapat memicu reaksi anoksik kompleks yang sangat beracun bagi udang.
  • Lindungi tambak dengan pagar - berguna untuk mencegah masuknya hewan liar, seperti kepiting, yang mungkin dapat membawa patogen yang tidak diinginkan.
  • Kontrol pergerakan orang dan kendaraan - penting untuk memastikan bahwa seluruh karyawan dan pengunjung telah melalui prosedur desinfeksi dan pembersihan sebelum dan setelah masuk dan saat bekerja. Semua kendaraan harus melalui prosedur yang sama sebelum masuk dan keluar.
  • Tempatkan pakan dan probiotik di ruang penyimpanan khusus - berguna untuk menjaga kebersihan, mencegah kontak dengan vektor luar yang dapat membawa penyakit, dan untuk memberikan suhu yang lebih stabil agar kualitas pakan terjaga dengan lebih baik.
  • Pastikan ada laboratorium yang tersedia di area tambak - laboratorium penting untuk dua hal: mengecek kualitas air dan memeriksa penyakit. Memiliki laboratorium yang handal di daerah Anda sangatlah bermanfaat, sebab melakukan pemeriksaan tersebut secara lokal jauh lebih cepat daripada, misalnya, harus mengirim sampel air atau udang ke kota lain.

Tindakan biosekuriti sederhana seperti jaring filter dan pelapis kolam dapat membantu mencegah wabah penyakit

Simple biosecurity measures like nets and pond liners can go a long way towards preventing disease outbreaks

3. Pertahankan alkalinitas di level optimal

Alkalinitas adalah salah satu parameter kualitas air yang paling penting karena dapat secara langsung memengaruhi fluktuasi pH dan komposisi bakteri. Direkomendasikan untuk menjaga alkalinitas pada 120–150 ppm. Pemeliharaan alkalinitas dapat dilakukan dengan mengaplikasikan senyawa bikarbonat atau karbonat, seperti NaHCO3, KHCO3, Na2CO3, CaCO3, dan CaMg(CO3)2. Lebih baik menerapkan pemeliharaan secara berkala daripada hanya melakukannya ketika terjadi lonjakan alkalinitas. Untuk memaksimalkan peningkatan alkalinitas, jumlah yang diberikan pada setiap waktu pemeliharaan tidak lebih dari 20 ppm.

Untuk mengetahui jumlah senyawa bikarbonat yang tepat untuk diaplikasikan, Anda perlu mengetahui konsentrasi alkalinitas saat ini, oleh karena itu pengukuran berkala menjadi penting. Rumus sederhana ini dapat membantu estimasi jumlah yang tepat:

(sasaran alkalinitas - konsentrasi alkalinitas saat ini)*2

Pemeliharaan alkalinitas dianjurkan dilakukan pada malam atau dini hari. Senyawa bikarbonat akan bereaksi dengan karbon dioksida (CO2) yang lebih banyak tersedia pada malam hari akibat respirasi semua organisme.

4. Kalibrasi semua alat ukur Anda

Ini mungkin tampak sederhana tetapi sebelum setiap siklus, pastikan semua alat ukur Anda telah dikalibrasi. Ini termasuk DO meter, pH meter, refraktometer, dan alat uji kimia. Alat yang tidak terkalibrasi dapat menyebabkan kesalahan yang signifikan yang dapat menyebabkan kekeliruan pengelolaan karena data yang tidak akurat. Alat yang dikalibrasi dapat membantu Anda mendapatkan data yang lebih akurat tentang kondisi tambak dan memungkinkan pembuatan keputusan yang lebih akurat.

5. Lakukan asesmen kesehatan benur dan udang

Sebelum ditebar, benur dari hatchery harus diperiksa kesehatannya secara teratur – dengan mata telanjang atau, lebih baik, dengan mikroskop. Kesehatan udang juga harus diperiksa seminggu sekali setelah penebaran. Ini bermanfaat untuk menjaga pertumbuhan udang yang optimal dan mendeteksi kemungkinan adanya tanda-tanda penyakit. Hal-hal utama yang perlu diperiksa adalah jika:

  • Udang berenang dengan aktif
  • Morfologi tubuh normal
  • Perut terisi penuh
  • Tidak ada organisme lain yang menempel di tubuh
  • Otot tidak berwarna keruh
  • Perbandingan lebar otot dengan usus adalah 3:1
  • Hepatopankreas berukuran besar dan berwarna gelap
  • Insang berwarna putih atau keabu-abuan
  • Tidak ada melanisasi (ditunjukkan dengan bintik hitam dan kecoklatan)
  • Tidak ada sisa molting pada kepala udang
  • Tidak ada luka atau cacat pada tubuh
Farmers should take regular samples of shrimp to ensure they are using feed efficiently

6. Ambil sampel udang secara rutin

Pengambilan sampel memungkinkan petambak untuk memahami pertumbuhan udang dan menyesuaikan tabel pakan, mencegah pemberian makan berlebih dan kekurangan makan. Disarankan untuk mengambil sampel udang setiap lima sampai tujuh hari dengan menggunakan jaring yang sesuai dengan ukuran udang saat itu. Pengambilan sampel dilakukan untuk memperkirakan berat badan rata-rata atau mean body weight (MBW) yang dihitung dengan membagi berat total udang dengan jumlah populasi udang.

Petambak harus mengambil sampel udang secara teratur untuk memastikan bahwa pemberian pakan dilakukan secara efisien

Yang juga penting untuk diperhatikan adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan secara representatif. Hindari pengambilan sampel di dekat anco karena udang di sana cenderung lebih besar daripada yang lain. Ambil sampel acak secara vertikal - mencakup bagian atas, tengah dan bawah kolom air - serta secara horizontal, meliputi berbagai sisi kolam. Hindari pengambilan sampel saat udang sedang molting.

7. Gunakan metode "baby bucket" untuk pengambilan sampel

Jumlah total benur yang diperoleh dari hatchery biasanya diketahui dengan menghitung sampel kantong benur. Setelah penebaran, biasanya petambak tidak mengambil sampel susulan, padahal sangat penting untuk mengetahui survival rate (SR) 24 jam pasca tebar. Hal ini dapat memberi kita gambaran yang lebih jelas tentang populasi udang setelah mereka mengalami proses penebaran yang memicu stres dan aklimatisasi.

Kami sedang bereksperimen dengan metode "baby bucket" untuk memperkirakan tingkat SR. Baby bucket adalah ember kecil dengan lubang pada bagian sisinya yang dilapisi jaring. Untuk mengambil sampel, isi baby bucket dengan 100 benur dan taruh di permukaan kolam selama 24 jam. Setelah 24 jam, benur dapat dihitung untuk memperkirakan data awal populasi dan SR. Data ini penting karena dapat digunakan untuk menyesuaikan tabel pakan yang tepat untuk menghindari makan berlebih atau kurang makan.

8. Waspada molting

Molting memungkinkan udang untuk tumbuh lebih besar dan merupakan momen dalam masa pembesaran udang yang memerlukan perhatian khusus. Kita perlu mengetahui fase molting udang dengan mengambil sampel secara teratur. Dengan cara ini kita bisa lebih siap ketika molting terjadi. Untuk membantu udang menjalani pembentukan eksoskeleton yang baru, kita perlu menyediakan lingkungan yang tepat dengan memberikan nutrisi mikro dan makro yang cukup. Hal ini dapat membantu mencegah masalah molting dan kematian karena gagal molting. Beberapa mineral yang bermanfaat untuk membantu udang saat molting adalah: Ca, Cu, Mg, Na, P, K, Se, dan Zn.

9. Berikan probiotik di saat yang tepat

Probiotik adalah bakteri baik yang dapat meningkatkan pertumbuhan udang, mencegah stres dan penyakit, serta menjaga kualitas air yang baik. Probiotik lebih baik diaplikasikan pada awal siklus, membantu udang juvenil menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan meningkatkan kualitas air. Dianjurkan juga untuk memberikan probiotik selama situasi yang memicu stres untuk udang, seperti pertukaran air dan panen parsial. Bakteri baik bekerja dengan cara meningkatkan kesehatan usus udang dan memelihara lingkungan agar tetap relatif baik, sehingga tingkat stres dapat direduksi.

Memberikan probiotik selama panen parsial dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kualitas akhirnya

Applying probiotics during a partial harvest can reduce their stress levels and improve their finishing quality

© Anne Thaisin

10. Terapkan fase nursery

Petambak udang biasanya menebar benur dari hatchery langsung ke kolam pembesaran, tetapi hal ini berisiko karena sistem kekebalan benur yang relatif belum berkembang. Meskipun memerlukan investasi dalam infrastruktur, fase nursery dapat membantu mengurangi risiko tersebut dengan memastikan bahwa sistem kekebalan benur telah optimal sebelum periode pembesaran. Untuk mencapai hal tersebut, benur dari hatchery harus ditebar di kolam atau tangki nursery yang relatif kecil, dengan kepadatan lebih dari 2000 PL/m2, selama 30 hari. Ukuran kolam/tangki yang kecil membutuhkan lebih sedikit probiotik dan akan bekerja lebih efektif dibandingkan dengan di kolam pembesaran yang lebih besar, sehingga dapat mengurangi tingkat kematian dan biaya.

Kesimpulan - mendahulukan yang dasar

Kami memahami bahwa setiap tambak memiliki kebutuhan dan tantangan masing-masing. Namun, secara prinsip, tips di atas berlaku untuk berbagai petambak dalam berbagai kondisi. Kami berharap 10 tips sederhana ini dapat membantu petambak udang menerapkan sistem pengelolaan yang lebih baik untuk tambak mereka. Ada banyak tips lain yang spesifik untuk setiap bagian dari periode budidaya yang akan kami bahas, jadi nantikan artikel kami berikutnya dalam seri ini.

The Alune farming experts will be sharing their experiences and research in regular articles on The Fish Site as part of the Closer to shrimp aquaculture series.

*Alune is part of Hatch’s portfolio, but The Fish Site remains editorially independent.

Create an account now to keep reading

It'll only take a second and we'll take you right back to what you were reading. The best part? It's free.

Already have an account? Sign in here

Series: Closer to shrimp aquaculture

Preparing shrimp farms for wet weather

As shrimp producers across the globe face more extreme weather events due to climate change, the Alune* farming experts give their advice on how farmers can prepare for the rainy season and keep their ponds healthy.

Shrimp feeds of the future

A review of the latest scientific studies by Alune* suggests that fish meal inclusion in shrimp feeds can be significantly reduced, offering hope for a more sustainable shrimp farming sector.